Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

17 Juni 2009

HABIS GELAP TERBITLAH TERANG (Bagian 1)



Orang nggak begitu banyak mengenal Kartini sebenarnya, Kartini yang kita kenal dalam sejarah kita udah dimanipulasi, hanya untuk kepentingan segelintir orang. Bagi kamu yang ngerayain Hari Kartini dengan lomba busana, lomba gadis sampul sampe lomba ketangkasan naik becak dan Becak lambat (heeeeh…. ada toh?), mendingan cepetan tinggalin karena Kartini tidak pernah mengajarkan emansipasi. Moco' ceee…., Nggak percaya? niich…!!



Kartini dilahirkan dari keluarga ningrat Jawa, tapi bagi Kartini adat yang mengharuskan seorang anak atau adik kudu berjalan pelan dan nunduk pada orang yang lebih tua, musti ditentang. Kalo bicara dengan bahasa kromo inggil en diselingin dengan menyembah. Katanya Jamrud, #Biar budemu seneng, pakdemu seneng…# "Bagi saya hanya ada dua macam keningratan : Keningratan pikiran (fikrah) dan keningratan budi (akhlaq) Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang yang membanggakan keturunannya" demikian tulisan surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899.




Sekelumit tentang RA Kartini

Diwaktu kecilnya RA. Kartini pernah menjadi santri KH Muhammad Soleh Darat bin Umar, seorang ulama besar dari Semarang. Suatu saat KH. Soleh Darat tergugah menterjamahkan Al-Qur'an ke bahasa Jawa dan menghadiahkan terjemahan (Faizhur Rohman fit Tafsir Quran) itu pada saat Kartini menikah, berupa jilid I yang terdiri 13 juz, dari surat al-Fatihah sampai surat Ibrahim. Sejak saat itulah Kartini mulai mempelajari Islam dengan sesungguhnya.



Tapi sayang nggak lama abis itu KH. Sholeh Darat meninggal, terjemahan itu belum selesai. Kalo Kartini sempet mempelajari keseluruhan Islam (al-Qur'an) maka nggak mustahil dia bakal nerapin semua hal yang dituntut Islam terhadap kemuslimahannya (termasuk jilbab?). Buktinya? Kartini berani nentang adat Jawa yang dirasanya sangat Feodal. Kartini juga pernah nentang Poligami. Tapi setelah mengenal Islam ia menerima sukarela. "Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal indah dalam masyarakat ibu terdapat hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?" (surat Kartini kepada Ny. E. Abandon, 27 Oktober 1902)



Dari mempelajari Islam lewat terjemah al-Qur'an itulah Kartini menemukan Surat al-Baqoroh ayat 257. Nah, dari situ Kartini terkesan banget dengan kata "Minazh Zhulumati ilan Nuur" yang artinya "Dari Gelap kepada Cahaya". Dalam beberapa suratnya yang ditulis dalam bahasa Belanda, Kartini sering nyebutin kata itu, en kalo di Bahasa Belandakan "Door Duisternist tot Licht". Selanjutnya setelah Kartini meninggal, kata itu kehilangan makna sampe akhirnya diterjemahkan "Habis Gelap Terbitlah Terang" oleh seorang pengarang Kristen, Armyn Pane, yang mungkin lebih puitis tapi malah nggak persis (sumber : Asma Karimah, Tragedi Kartini ; Sebuah Pertarungan Ideologi, 2000).


Itulah uniknya manusia, dia belajar sejarah tapi nggak mau belajar dari sejarah. Bagi kaum cewek yang memahami sejarah Kartini, seharusnya mereka tahu kalo Kartini itu bukan pejuang emansipasi ataupun feminisme, tapi beliau adalah pejuang Islam. Lho kok…??? "Moga-moga kami mendapat Rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai" (surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902). Tuuh kan..! Kamu termasuk nggak ya?


Potret Buram "Kartini" Kini


Sebutan Kota Pahlawan bagi Surabaya, kayaknya kian tercoreng. Apa pasal? ternyata Dolly, Jarak, Bangunsari, Kremil dan Moro Seneng adalah sederetan tempat di Surabaya sebagai tempat prostitusi. Data resmi di Pemda Surabaya menyebutkan, jumlah penghuni Dolly dan Jarak yang luasnya 3 hektar itu sekitar 3.000 orang. Tidak disebutkan berapa jumlah pelacurnya disitu, kalo semisal setengah dari penghuni itu, maka ada sekitar 1.500 pelacur di Surabaya. Trus, taruh aja 1% dari WTS itu terkena HIV/AIDS, dan WTS itu buka praktek jam 06 sore- 06 pagi, mampu menservis 2 lelaki hidung belang, maka ada 30 orang yang terjangkit HIV/AIDS dalam sehari. Itu baru sehari Friend, atao coba bayangkan kalo lelaki hidung belang tadi di rumah punya istri, kemudian dia juga 'bergaul' dengan istrinya, maka bertambah 60 orang dalam sehari jumlah penderita HIV/AIDS. Hihhh, gimana ngeri khan? Jijayy deh…


Data lain, menyebutkan sebanyak 50 ribu pelacur di Indonesia usianya di bawah 16 tahun. Guntoro Utamadi, staf Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mengungkap data itu di harian Kompas dengan tulisannya "Prostitusi di Kalangan Remaja". Masih menurut hasil penelitian tersebut, sejak krisis moneter (1997), setiap tahunnya sekitar 150 ribu anak di bawah 18 tahun terjebak jadi pelacur. Dan, 4% kasus kehamilan remaja lebih banyak terjadi pada remaja putri di bawah 18 tahun dan 7% pada remaja putri di bawah 16 tahun. Sementara sebanyak 43,1% gadis berusia di bawah 18 tahun melakukan aborsi”, tjk ... tjkk.....tjkk, pasti Ibu Kartini sangat sedih.



Menurut penelitian pada 1997, omset bisnis pelacuran di Indonesia Rp 8,6 triliun. "Pada 1999, angkanya naik menjadi Rp 11 triliun," kata Advokasi Hukum yang juga Wakil Sekjen DPP Partai Bulan Bintang, H Nur Syamsi Nurlam SH, pada sarasehan nasional Penyalahgunaan Narkoba dan Eksploitasi Seks Remaja. Nur mengatakan, dana yang dipakai untuk mengonsumsi narkoba sekitar Rp 130 miliar hingga Rp 390 miliar per hari (jawapos.co.id). Weleh, itu duit kabeh atao campur krikil yaa?? Duwike Mbah Sangkil, Mas…



Dokter Boyke Dian Nugraha ngungkapin bahwa setiap tahunnya, sebanyak 1,3 juta gadis remaja Indonesia melakukan aborsi. Trus, sekitar 20 persen siswa SMP and SMA serta mahasiswa mengaku sudah pernah berhubungan seksual. Malahan, begitu kata Boyke sebagaimana dikutip oleh kantor berita Antara, sekitar 35 persen dari seluruh mahasiswa sebuah fakultas kedokteran swasta di Jakarta menyatakan mereka setuju pada seks di luar perkawinan. Wah lak isin se..Mas!!... Padahal calon-calon dokter. lho Rek!!


Yang lebih mengejutkan lagi, di Indonesia, sedikitnya sekitar 2,3 juta permintaan aborsi setiap tahunnya, dan sekitar 20-50% kematian terjadi akibat aborsi yang tidak aman. Ketua Umum Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang juga Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (Dirjen Kesmas Depkessos), Azrul Azwar , kepada satunet.com dan Republika di Jakarta, lebih jauh mengatakan angka aborsi tersebut meningkat dari tahun ke tahunnya. Dari total permintaan aborsi tersebut, 85% sudah menikah, dan 15% belum menikah dengan 60%-70% tergolong usia remaja. Angka kejadian aborsi di Indonesia mencapai dua juta per tahun atau 37 aborsi per 1.000 wanita dengan usia 15-49 tahun, atau 43 aborsi per 100 kelahiran hidup atau 30% dari kehamilan. Gileee bener!!!



0 Melapor:

Posting Komentar

Berilah komentar anda secara moral, sopan dan bijak....